Pembangunan berkelanjutan belakangan ini menjadi pokok perbincangan seru pelbagai negara di penjuru dunia, termasuk Indonesia. Perbincangan pembangunan berkelanjutan menjadi topik hangat di Indonesia, sejak Wakil Presiden, Jusuf Kalla hadir dalam forum pertemuan antara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan perwakilan negara dunia pada 25 September 2015. Dalam pertemuan tersebut, PBB dan perwakilan negara-negara akhirnya mengesahkan program Suistainable Development Goals (SDGs) sebagai visi global penerus Millenial Development Goals (MDGs).
SDGs mempunyai 17 tujuan utama dengan 169 indikator capaian, mulai dari masalah kemanusiaan hingga kelestarian lingkungan. Meski terlihat cukup ambisius, namun SDGs menjadi langkah tepat yang perlu dilakukan oleh semua pihak. Mengingat Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah kabupatan terbilang banyak, mencapai 415 wilayah. Dengan demikian, hal ini tentu memiliki banyak masalah dalam pelbagai aspek kehidupan.
Sebagai Kabupatan paling ujung berbatasan langsung dengan Jawa Barat, Brebes menjadi wilayah di Jawa Tengah yang harus ikut berpartisipasi aktif mewujudkan visi SDGs. Menimbang, sumberdaya manusia di Brebes masih tergolong rendah dalam aspek pembangunan, misalnya dalam aspek pendidikan dan fasiltas kesehatan warganya. SDGs menjadi langkah optimis bagi masyarakat Brebes untuk meningkatkan potensi pembangunan dalam pelbagai aspek.
Menurut data Badan Pusat Statistika Kabupaten Brebes tahun 2018, sebanyak 55.228 orang di Kecamatan Brebes hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar/sederajat. Yang lebih memprihatinkan, lulusan strata 1 di kecamatan tersebut hanya 6.882 orang. Data tersebut membuktikan kualitas pendidikan di Kabupaten Brebes terutama di Kecamatan Brebes masih sangat rendah.
Begitu pun dalam masalah kesehatan, di mana Kabupaten Brebes hanya memiliki 13 rumah sakit, yaitu 5 di wilayah Brebes Selatan dan delapan di Brebes Utara. Penulis menilai hal ini bisa menjadi faktor dari banyaknya masalah kesehatan di Kabupaten Brebes. Meskipun banyak puskesmas di setiap kecamatan, tapi fasilitas yang disediakan masih sangat minim.
Melihat fakta diatas, Pemerintah Daerah Brebes dan dinas terkait harus lebih fokus dalam memperhatikan masalah pendidikan dan kesehatan. Mengingat dua aspek tersebut adalah kunci utama dalam pembangunan berkelanjutan di Kabupatan Brebes. Contohnya dengan menggunakan dana kabupaten untuk meningkatkan kualitas sarana dan pelayanan rumah sakit di setiap kecamatan, serta memberikan bantuan seperti beasiswa kepada pelajar berprestasi yang kurang mampu sebagai dorongan untuk terus melanjutkan pendidikan.
Dengan perhatian yang cukup serius dalam aspek kesehatan dan pendidikan, maka permasalahan yang berkenaan dengan kedua aspek ini di Kabupaten Brebes dapat dikurangi. Keberhasilan suatu daerah dalam menyelesaikan permasalah di atas memberikan sedikit bukti bahwa Indonesia berhasil mewujudkan visi utama SDGs tahun 2030. Suksesnya suatu negara dimulai dari kesuksesan di wilayah kecil negara tersebut, itulah sekelumit kalimat dari penulis.
Related posts
Zamroni dan Kiprah Pergerakan Mahasiswa
Nama Zamroni tidak asing lagi bagi para aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Nama beliau selalu diperkenalkan saat perekrutan anggota PMII atau MAPABA, namun apakah kader PMII benar-benar mengenal siapa beliau. Saya sering menemui teman-teman Saya sesama PMII hanya sebatas mengenal nama beliau saja dan…
Soeharto, Orde Baru dan Gaya Kepemimpinan
Siapa yang tidak mengenal Soeharto, sosoknya begitu kontroversial di kalangan masyarakat Indonesia, ditakuti pada masanya. Soeharto adalah Presiden Republik Indonesia kedua, namanya tidak asing lagi di telinga kita dengan gambarnya yang melambaikan tangan dan menyapa “Piye Kabare Enakan Jamanku Toh”. Soeharto laksana seorang raja di…
Gus Dur Sang Perekat Toleransi di Indonesia
K. H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, siapa yang tidak mengenal beliau, cucu dari ulama pendiri organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, K. H. Hasyim Asy’ari. Gus Dur lahir dari pasangan K. H. Wahid Hasyim dan Nyai Haji Solichah, Kakek dari jalur ibu adalah K.H. Bisri…
Keistimewaan Khadijah Al-Kubra yang Membuat ‘A’ishah Ra. Cemburu Berat
Para jumhur ulama mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menikahi ‘A’ishah Ra. saat ia masih usia belia, yakni usia tujuh tahun. Namun keduanya baru mulai menjalani biduk rumah tangga bersama saat ‘A’ishah Ra. telah menginjak usia sembilan tahun, beberapa bulan setelah kaum muslimin hijrah ke Madinah. Pernikahan…