Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau yang akrab disebut KAMI, kehadirannya dinilai sangat kontroversial. Deklarasi KAMI mulai menggema di berbagai daerah. Menurut Saya berdirinya KAMI ini kurang kreatif. Ada beberapa hal yang membuat KAMI bisa dikatakan kurang kreatif.
Yang pertama dari segi nama singkatan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia disingkat KAMI, sepertinya para deklator koalisi ini terinspirasi dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia pada tahun 1965, yang disingkat KAMI, Kesatauan Aksi Mahasiswa Indonesia inilah yang menjadi motor penggerak Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat, yang pada akhirnya dapat menumbangkan pemerintahan Orde Lama. Seharusnya Gatot Nurmantyo dan kawan kawan jangan memakai nama singkatan KAMI, tetapi memakai singkatan yang lain seperti KOAMI misalnya, Pak Gatot dan kawan-kawanya agaknya perlu belajar lagi nih soal pemberian nama biar menarik.
Lanjut yang kedua, sebenarnya tujuan dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia itu politik atau sosial, kalau misalkan politik langsung bikin partai saja, gitu aja kok repot. Kalau misalkan gerakan sosial seharusnya tak perlu repot deklarasi sana sini, tinggal memberikan bantuan saja atau nggak menjadi relawan Covid-19, tentu ini akan menambah citra Pak Gatot dan kawan-kawan. Jika memang benar gerakan sosial, seharusnya jangan memakai nama koalisi, karena nama koalisi identik dengan politik.
Terus yang ketiga, seharusnya Koalisi Aksi Menyelamtakan Indonesia jangan jualan isu PKI. Hal inilah yang membuat masyarakat kurang tertarik akan hal tersebut, karena masyarakat sekarang sudah pandai, tidak mudah dibodohi. Mayoritas generasi milenial juga tidak percaya PKI akan bangkit lagi. Tips dari Saya untuk Pak Gatot, supaya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia mendapat simpati generasi milenial, Koalisi Aksi Menyelamtakan Indonesia, harus mempunyai visi dan misi yang jelas, tapi meskipun sudah mempunyai visi dan misi yang jelas agaknya sangat sulit untuk mendapatkan simpati dari generasi milenial. Dan inilah tugas dari Pak Gatot dan kawan-kawab seperti Din Syamsudin, Rochmat Wahab untuk memikirkannya. Kalau masih bingung coba tanyakan kepada rumput yang bergoyang.
Baca juga: Brebes Bergerak, Pukul Mundur Omnibus Law!
Keempat, para petinggi KAMI, cuman orang itu-itu aja, para barisan sakit hati. Dan itulah yang membuat masyarakat mudah menebak arah dan tujuan KAMI, yang ujung-ujungnya pasti politik, untuk kontestasti Pilihan Presiden 2024. Coba kalau pemimpinya para punggawa rembes.net, bisa dijamin akan mendapat banyak simpati dari anak-anak muda terutama anak BTS (Brebes, Tegal dan Slawi) dan sekitarnya. Dan tentunya namanya bukan KAMI, tetapi namanya KARI atau Keluarga Ayo Rembes Indonesia. Dan tentunya tujuannya bukan politik, tetapi memeperkenalkan serta mengeksiskan dunia perembesan di Indonesia, serta kegiatannya dijamin positif, tanpa basa basi.
Terus yang kelima, Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia ini kurang memanfaatkan teknologi. Dan ini menandakan bahwa mereka kurang kreatif, sekarang kan lagi zamannya online, meeting online, kuliah online, seminar online, banyak aplikasi yang menunjang semua itu. Seharusnya mereka mengadakan deklarasi berdirinya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia ini secara online, nggak perlu berkumpul membuat kerumunan yang bisa memicu klaster Covid-19. Jika deklarasi dilakukan secara online pastinya akan membuat respect, seluruh rakyat Indonesia.
Terus yang keenam yang membuat KAMI kurang kreatif adalah datang di waktu yang salah. Ibaratnya nih kita suka sama seseorang, dan Kita mengungkapkannya di waktu yang tidak tepat, maka yang terjadi adalah sebuah penolakan. Begitu pun yang terjadi pada KAMI, mendeklarasikan di saat negara sedang berjuang untuk melawan pandemi global ini. seharusnya seluruh elemen masyarakat Indonesia bekerja sama demi melawan pandemi pandemi Covid-19 ini. KAMI ini berpotensi menimbulkan konflik dan perpecahan antar masyarakat. Yang diperlukan saat pandemi ini, dan menjadi hal yang sangat krusial adalaah persatuan bukan perpecahan.
Nampaknya Pak Gatot Nurmantyo dan kawan-kawan inisiator KAMI, masih perlu banyak belajar tentang organisasi, strategi dalam berorganisasi. Terutama berkaitan dengan nama, cara mengeksiskan organisasi tanpa kontroversi. Saya menyarankan agar Pak Gatot Nurmantyo dan kawan-kawan inisiator KAMI, berguru terlebih dahulu kepada para penggawa Rembes.net.
Baca juga: Perdamaian Adalah Kunci Kemajuan
Related posts
Zamroni dan Kiprah Pergerakan Mahasiswa
Nama Zamroni tidak asing lagi bagi para aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Nama beliau selalu diperkenalkan saat perekrutan anggota PMII atau MAPABA, namun apakah kader PMII benar-benar mengenal siapa beliau. Saya sering menemui teman-teman Saya sesama PMII hanya sebatas mengenal nama beliau saja dan…
Soeharto, Orde Baru dan Gaya Kepemimpinan
Siapa yang tidak mengenal Soeharto, sosoknya begitu kontroversial di kalangan masyarakat Indonesia, ditakuti pada masanya. Soeharto adalah Presiden Republik Indonesia kedua, namanya tidak asing lagi di telinga kita dengan gambarnya yang melambaikan tangan dan menyapa “Piye Kabare Enakan Jamanku Toh”. Soeharto laksana seorang raja di…
Gus Dur Sang Perekat Toleransi di Indonesia
K. H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, siapa yang tidak mengenal beliau, cucu dari ulama pendiri organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, K. H. Hasyim Asy’ari. Gus Dur lahir dari pasangan K. H. Wahid Hasyim dan Nyai Haji Solichah, Kakek dari jalur ibu adalah K.H. Bisri…
Keistimewaan Khadijah Al-Kubra yang Membuat ‘A’ishah Ra. Cemburu Berat
Para jumhur ulama mengatakan bahwa Rasulullah Saw. menikahi ‘A’ishah Ra. saat ia masih usia belia, yakni usia tujuh tahun. Namun keduanya baru mulai menjalani biduk rumah tangga bersama saat ‘A’ishah Ra. telah menginjak usia sembilan tahun, beberapa bulan setelah kaum muslimin hijrah ke Madinah. Pernikahan…